KECUKUPAN YANG HOLISTIK


Alkisah seorang gadis kecil bercerita kepada pendeta di gerejanya bahwa semalam sebelum ia tertidur Tuhan Yesus menampakkan diri, membelai kepalanya sambil tersenyum. Walaupun tidak mempercayainya namun karena tidak ingin mematahkan semangat si anak kecil tersebut maka pak pendeta pun berkata: “Wah itu luar biasa. Tidak banyak orang mengalami peristiwa semacam itu.”
Keesokan harinya si anak kecil itu datang lagi kepada pak pendeta dan bercerita: “Pak Pendeta, tadi malam Tuhan Yesus datang lagi ke kamar saya. Ia membelai kepala saya sambil tersenyum.” Pak pendeta merasa bahwa bualan anak ini sudah agak kelewatan. Masa dua malam berturut-turut Tuhan Yesus menampakkan diri kepada seorang anak kecil, apalagi membelai kepalanya. Ia yang sudah berpuluh-puluh tahun melayani Tuhan saja tidak pernah mendapatkan perlakukan yang seistimewa itu.

Untuk memberi pelajaran halus kepada si anak kecil ini agar lain kali ia jangan membohongi pendeta, maka si pak pendeta berkata demikian: “Wah, sangat luar biasa. Nanti malam kalau Tuhan Yesus menampakkan diri lagi kepadamu, tolong tanyakan kepada-Nya apa dosa terbesar yang saya buat bulan lalu.” Di dalam hati pak pendeta berkata: “Beres, anak ini tidak akan mengganggu saya lagi dengan bualannya.”

Keesokan harinya betapa terkejutnya di pak pendeta karena si gadis kecil itu datang lagi menemui dirinya dengan wajah penuh antusias dan berkata: “Pak Pendeta, tadi malam Tuhan Yesus datang lagi ke kamar saya.” Si pak pendeta bertanya: “Apakah kamu sudah bertanya kepada-Nya apa dosa yang terbesar yang saya lakukan bulan yang lalu?” “Sudah,” jawab si gadis kecil. Hati pak pendeta tercekat. Dengan hati yang berdebar-debar ia berkata: “Lalu apa jawab Tuhan Yesus?” Dengan polos si anak tersebut berkata: “Tuhan Yesus menjawab: ‘Aku sudah melupakannya.’”

Walaupun ini bukan kisah nyata, cuma suatu dongeng saja, namun di dalamnya terkandung pelajaran yang sangat Alkitabiah. Tuhan bersedia mengampuni dan melupakan dosa-dosa kita. Ini merupakan anugerah yang terbesar yang Ia berikan kepada manusia melebihi segala pemberian lainnya. Kerelaan Tuhan untuk mengampuni manusia itulah yang tercermin di dalam doa yang Yesus ajarkan kepada para pengikut-Nya sebagaimana yang dicatat di dalam Matius 6:9-13, khususnya di ayat yang ke 12.

Matius 6:9-13

9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,  10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.  11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya  12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;  13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.).


I.            Tuhan ingin setiap orang hidup dalam kecukupan yang holistik

Segera sesudah mengajar para murid-Nya untuk berdoa memohon berkat Tuhan bagi kebutuhan hidup jasmaniah mereka sehari-hari, Yesus mengajar mereka untuk memohon berkat kehidupan rohani sebagaimana mereka juga hidup dalam kesehatan jiwani. Untuk itu sebagaimana yang dicatat di dalam ayat ke-12 lebih lanjut Yesus mengajar mereka untuk berdoa demikian: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”

Kata “kesalahan” dan “bersalah” yang digunakan dalam Alkitab bahasa Indonesia ini merupakan suatu penafsiran yang tepat. Kata itu sendiri dalam bahasa Yunani adalah opheilema yang artinya hutang, atau kewajiban yang harus dilunasi.  Kata ini juga merupakan metafora dari tindak pelanggaran ataupun dosa. Pelanggaran ini dipersamakan sebagai suatu hutang sebab ia hanya akan impas oleh salah satu dari dua cara, yaitu dibayar lunas atau dibebaskan dari hutang tersebut. Dalam hal pelanggaran atau dosa, ia hanya akan impas bila si orang yang bersalah telah menerima hukuman atau dibebaskan dari hukuman melalui pengampunan.

Dengan mengajar agar para pengikut-Nya berdoa memohon pengampunan Tuhan atas dosa mereka dan mengaitkannya dengan kerelaan mereka untuk mengampuni orang lain yang bersalah terhadap mereka  berarti Tuhan mengajarkan pengampunan yang memulihkan relasi antara manusia dengan Tuhan dan relasi manusia dengan sesamanya. Di dalamnya juga tercermin relasi manusia dengan dirinya sendiri yang menyangggupkan dirinya untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepadanya.

Ketiga relasi ini, baik relasi dengan Tuhan, relasi dengan diri sendiri dan relasi dengan sesama tak dapat digantikan oleh kecukupan secara jasmaniah. Karena itu tak cukup orang hanya memohon agar Tuhan mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya yaitu dengan memberikan makanan yang secukupnya untuk hari itu, tetapi orang juga perlu memiliki hubungan yang serasi dengan Tuhan, diri sendiri dan sesama.

Sebagaimana makanan yang cukup akan mempengaruhi kesehatan jasmani, demikian kehidupan yang diampuni dari dosa akan mempengaruhi kesehatan rohani dan jiwani seseorang. Lebih jauh, pemulihan relasi dengan orang lain yang bersalah kepada kita juga akan mempengaruhi kesehatan sosial kita. Berarti di samping kesehatan jasmani, Tuhan Yesus menjelaskan pentingnya kesehatan rohani, jiwani dan sosial, sebagaimana pentingnya kesehatan jasmaniah. Itulah kehidupan yang holistik dan berbahagia.

Kalau seseorang mengalami kecukupan bahkan kelimpahan secara kekayaan jasmani, namun keadaan rohani, jiwani dan relasi sosialnya tidak sehat, sulit bagi yang bersangkutan untuk disebut sebagai orang yang berbahagia. Kehidupan yang sehat secara utuh atau holistik dimana semua sisi kehidupan tersebut dalam keadaan yang terpadulah yang akan membawa kebahagiaan dalam diri manusia.

Dengan menaruh permohonan tentang kesehatan rohani, jiwani dan sosial secara terpisah dari permohonan kecukupan makanan sehari-hari, berarti Tuhan Yesus juga menjelaskan bahwa antara keduanya sesungguhnya tidak terkait secara langsung. Hal ini sangat perlu dipahami. Sebab bagaimanapun juga karena pertambahan usia kesehatan jasmani manusia dapat menurun, tetapi bukan berarti dengan demikian maka kesehatan rohani, jiwani dan sosial manusia akan ikut merosot.

Berarti kalaupun kesehatan secara jasmani merosot karena dimakan usia kebahagiaan dalam hidup yang bersangkutan tidak akan ikut merosot selama kesehatan rohani, jiwani dan sosial tetap dipelihara dengan baik. Bahkan kalaupun kekuatan jasmani menurun kebahagiaan dalam diri seseorang dapat bertambah, yaitu bila kesehatan rohani, jiwani dan sosial yang bersangkutan yang tak tergantung kepada kesehatan jasmaninya itu semakin bertambah bugar.


II.            Tuhan ingin setiap orang hidup dalam kerendahan hati

Bila doa Bapa Kami yang Yesus ajarkan ini dipandang dari sudut permohonan agar Tuhan mencukupi kebutuhan jasmani yaitu seperti yang dituliskan di dalam ayat 11, ”berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, maka berarti doa ini harus dipanjatkan setiap hari. Sebab kata “hari ini” yang Yesus ajarkan tersebut menegaskan kecukupan sepanjang satu hari di saat doa tersebut dipanjatkan. Tentu dengan demikian bukan berarti kita harus menghafalkan dan mengucapkan kalimat-kalimat doa yang Yesus ajarkan itu setiap hari seperti orang yang mengucapkan mantera. Tetapi yang Yesus ajarkan disini adalah pola dan unsur-unsur yang membentuk suatu doa yang lengkap.

Lebih jauh lagi bila hal ini dikaitkan dengan permohonan agar Tuhan mengampuni kita dari kesalahan kita, maka berarti kita perlu memohon pengampunan Tuhan tersebut setiap hari. Nah, hal ini juga bukan berarti bahwa kita harus berdosa setiap hari supaya dengan demikian kita memperoleh pengampunan setiap hari.

Sama seperti kisah seorang pembina rohani anak-anak yang bertanya kepada anaka-anak kecil yang beribadah di suatu hari Minggu, katanya: “Anak-anak, apakah yang perlu kita lakukan sebelum kita mengalami pengampunan dosa?” Seorang anak mengangkat tangan dan menjawab: “Berdosa.”

Secara logika jawaban anak ini sangat benar, yaitu orang harus berdosa terlebih dahulu baru ia menerima pengampunan dosa. Sama seperti orang harus berhutang terlebih dahulu baru ia dapat dibebaskan dari hutangnya.

Tetapi bukan itu yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan mengajar agar setiap hari orang memohon pengampunan atas dosanya, tetapi yang Ia maksudkan adalah agar pengikut-Nya senantiasa hidup dalam kerendahan hati. Sebab dengan memohon pengampunan dosa, berarti orang mengakui bahwa dirinya adalah orang yang berdosa. Pengakuan atau confession semacam ini memerlukan kerendahan hati dan disertai kesadaran bahwa dirinya tidak berdaya untuk menghapus dosanya sendiri. Berarti melaluinya pengikut Kristus membangun kesadaran bahwa betapa ia harus senantiasa hidup dalam kerendahan hati.


III.            Tuhan ingin setiap orang hidup dalam kasih

Di samping itu dengan mengaitkan pengampunan yang ia terima sejajar dengan pengampunan yang ia berikan kepada orang lain yang bersalah kepadanya, maka seorang pengikut Kristus juga membangun sikap hidup yang penuh kasih kepada orang lain.

Kata “seperti” di dalam kalimat seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami yang Yesus ajarkan ini juga menegaskan bahwa sikap mengampuni orang lain bukan sekedar suatu akibat karena kita telah menerima pengampunan dari Tuhan. Karena di sana Tuhan Yesus tidak mengajar agar kita berkata: “Ampunilah kami akan kesalahan kami, maka kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” tetapi Ia menggunakan kata “seperti.” Berarti kita harus mengampuni orang lain terlebih dahulu baru kita boleh meminta pengampunan kepada Tuhan.

Di sini Tuhan Yesus tidak sedang mengurangi makna dari anugerah Tuhan, yaitu kebaikan Tuhan yang tanpa syarat dalam mengampuni dosa-dosa kita. Tetapi melaluinya Ia ingin menegaskan pentingnya kita hidup dalam kasih terhadap orang lain. Kasih yang memampukan kita untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita tanpa menunggu yang bersangkutan untuk meminta maaf terlebih dahulu kepada kita. Karena Yesus juga tidak mengatakan “seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah dan meminta ampun kepada kami.”

Saudara-saudari, kerendahan hati dan kasih yang memenuhi hati inilah yang akan membangun kesehatan dalam jiwa seseorang. Sehingga dengan demikian bukan saja doa yang Yesus ajarkan ini berisi permohonan pemulihan relasi kita dengan Tuhan dan sesama, tetapi juga akan memulihkan relasi kita dengan diri kita sendiri. Dengan demikianlah kehidupan yang utuh, terpadu atau holistik itu terbentuk. Itulah kehidupan yang bermakna. Bila doa ini dimulai dengan permohonan kepada anugerah pengampunan Tuhan, maka berarti oleh anugerah Tuhanlah maka kita dapat hidup yang di dalam kehidupan yang berbahagia dan penuh dengan makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar