MEMBUAT KEPUTUSAN DENGAN BIJAK


Seorang calon presiden direktur sebuah bank datang menjumpai presiden direktur yang tak lama lagi akan ia gantikan.  Yang bersangkutan ingin meminta nasihat tentang rahasia keberhasilan yang telah dicapai oleh presiden direktur yang akan segera pensiun tersebut. Menjawab permintaan nasihat itu si presiden direktur mengucapkan tiga patah kata saja, yaitu: “Keputusan yang baik.”
Si orang muda itu ingin mengetahui lebih jauh jawaban dari presiden direktur yang akan ia gantikan. Karena itu ia bertanya bagaimana seseorang dapat membuat keputusan yang baik. Si presiden direktur pun menjawab dengan sepatah kata: “Pengalaman.”

Mendengar jawaban ini si calon presiden direktur merasa semakin bertambah penasaran. Ia bertanya lagi bagaimana seseorang dapat mengambil hikmah dari pengalaman. Sang presiden direktur itu pun menjawab kembali dengan tiga patah kata: “Keputusan yang buruk.” Artinya sebelum seseorang dapat membuat keputusan yang baik ia harus terlebih dahulu pernah membuat keputusan yang buruk.

Nasihat ini memang ada benarnya, sebab dengan melewati pengalaman dalam bentuk kegagalan seseorang akan dapat menjadi dewasa dan matang dalam kehidupan. Namun tidak berarti bahwa untuk sanggup membuat keputusan yang baik semua orang harus terlebih dahulu melewati pengalaman dalam membuat keputusan yang buruk, sebab tentu tidak semua keputusan dapat dilakukan dengan pola uji coba.

Sebagai contoh adalah keputusan dalam memilih pasangan hidup. Tentu kita tidak mengharapkan bahwa kita harus melewati pengalaman kegagalan dalam berumah tangga terlebih dahulu baru kita akan mampu memilih pasangan hidup yang tepat. Juga kita tidak berharap seorang dokter bedah harus terlebih dahulu membuat keputusan-keputusan medis yang salah baru ia dapat membedah pasiennya dengan baik. Singkat kata, untuk mencapai keberhasilan kita perlu memiliki kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijak di dalam seluruh sisi kehidupan.

Untuk itu kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan oleh Yesus dalam memilih para rasul-Nya sebagai teladan dalam membuat keputusan yang bijak. Langkah-langkah tersebut dicatat antara lain di dalam Lukas 6:12-16.

Lukas 6:12-16

12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.  13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:  14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,  15 Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,  16 Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.


I.     Tidak bersandar kepada pertimbangan manusiawi belaka

Pilihan atas dua belas orang murid ini merupakan salah satu keputusan yang terpenting yang Yesus lakukan dalam seluruh rangkaian pelayanan-Nya. Dari sekian banyak orang yang mengikut Dia dan menjadi murid-Nya Ia hanya memilih dua belas orang saja, berarti mereka adalah benar-benar orang-orang yang terpilih. Keputusan ini sangat penting sebab kedua belas orang ini akan menjadi para rasul-Nya.

Kata rasul atau di dalam bahasa Yunani yaitu apostolos artinya adalah “seorang yang diutus dengan suatu tugas.” Dengan demikian berarti kedua belas orang ini dipilih untuk mengemban tugas dan wewenang Tuhan dalam memberitakan bahwa Yesuslah Sang Mesias, Raja yang diurapi untuk membebaskan umat-Nya dari dosa.

Sedemikian pentingnya pilihan atas kedua belas orang tersebut maka sebelumnya Yesus terlebih dahulu berdoa semalam suntuk seorang diri di atas bukit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keberadaan-Nya sebagai seorang manusia Ia menggantungkan diri kepada Allah Bapa, dan tidak menyandarkan diri kepada pertimbangan manusiawi belaka.

Langkah pertama ini sangatlah penting sebab pertimbangan manusiawi memiliki keterbatasan. Sehingga sejeli apapun pengamatan manusia dan sehebat apapun pengalaman yang bersangkutan, tetap ada batasnya. Sama seperti kata pepatah, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh ke tanah juga. Tetapi tidak demikian halnya dengan Tuhan. Kemahatahuan-Nya mengakibatkan setiap keputusan dan pilihan  yang Ia buat tak pernah meleset.

Di sinilah pentingnya berserah dengan bersungguh-sungguh kepada Allah seperti yang dilakukan oleh Yesus dengan berdoa semalam-malaman. Penyerahan diri ini akan meningkatkan kepekaan kita terhadap tuntunan Tuhan. Sebab kalaupun Tuhan tidak pernah salah di dalam memberikan tuntunan tetapi bila kita tidak memiliki kepekaan terhadap pimpinan-Nya maka tetap juga keputusan yang kita buat dapat keliru.


II.     Tidak bertindak sembrono

Langkah Yesus untuk berdoa semalam suntuk sebelum membuat keputusan dalam memilih kedua belas rasul ini juga menunjukkan bahwa Ia tidak bertindak sembrono dalam membuat keputusan. Ini merupakan langkah kedua di dalam membuat keputusan yang bijak. Itu pula sebabnya Ia tidak tergesa-gesa dalam memilih mereka menjadi rasul-Nya. Setelah lebih dari setahun mereka menjadi para murid-Nya baru Ia memilih mereka dari sekian banyak orang yang menjadi murid-murid-Nya.

Di dalam kurun waktu lebih dari setahun tersebut Ia mengajak mereka untuk berjalan dan melayani bersama mengelilingi Galilea serta beberapa kali melakukan perjalanan antara Galilea dan Yudea. Dengan cara demikian Ia dapat mengamati kehidupan mereka dari dekat dan mengenal mereka satu persatu secara pribadi. Baru sesudah itu Ia memilih mereka.

Memang tindakan yang tergesa-gesa cenderung akan menghasilkan keputusan yang salah. Di dalam kitab Amsal 19:2 pun ditulis bahwa “orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.” Tentu hal ini bukan berarti kita boleh menunda-nunda dalam membuat keputusan, sebab penundaan yang tidak pada tempatnya juga bukan langkah yang tepat. Tetapi sebaliknya bila kita bertindak secara tergesa-gesa tanpa disertai pertimbangan yang matang seringkali keputusan kita akan cenderung bersifat sembrono.

Berkenaan dengan hal ini ada orang yang memberi nasihat apabila kita dalam keadaan terdesak dan harus segera mengambil pilihan antara jawaban “Ya” dan “Tidak,” adalah lebih baik bila kita mengambil pilihan jawaban “Tidak.” Alasannya, sebab untuk meralat dari jawaban “Tidak” menjadi “Ya” adalah jauh lebih mudah dibandingkan dari “Ya” menjadi “Tidak.” Sebagai contoh, seseorang menawar harga dari barang yang kita jual. Bila kita berkata “Ya” terhadap tawaran yang ia ajukan, kemudian kita merasa menyesal, untuk mengubahnya menjadi “Tidak” agar transaksi jual beli tersebut dibatalkan, jelas bukan hal yang mudah. Sedangkan kalau kita berkata “Tidak” terhadap tawaran yang ia berikan, lalu kita ingin mengubah keputusan itu dengan berkata “Ya,” tentu ini akan lebih mudah.

Ini merupakan nasihat yang baik, namun tentu tidak semua keputusan dapat kita buat dengan cara seperti itu. Ada kalanya keputusan yang sudah dibuat tak dapat diubah lagi. Artinya sekali keputusan itu dibuat maka orang harus bersedia menerima apapun resikonya, baik ataupun buruk, tanpa ada kesempatan untuk memperbaikinya lagi.

Di sinilah manfaat dari berdoa sebelum membuat suatu keputusan. Sebab di samping berdoa akan menolong kita untuk mendengar tuntunan Tuhan bagi keputusan yang akan kita ambil, langkah ini juga akan menolong kita untuk menimbang secara jernih sebelum membuat keputusan sehingga dengan demikian kita akan terhindar dari ketergesa-gesaan dalam mengambil pilihan.


III.     Tidak hanya berdasarkan pengamatan lahiriah

Dengan berdoa terlebih dahulu sebelum membuat keputusan juga menunjukkan bahwa Yesus tidak mengambil keputusan hanya dengan berdasarkan pengamatan secara lahiriah saja. Ini merupakan langkah yang ketiga yang akan menolong seseorang dalam membuat keputusan yang bijak. Sebab sebagaimana keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan manusiawi dan sembrono, demikian juga keputusan yang dibuat hanya berdasarkan pengamatan lahiriah dapat mengakibatkan penyesalan yang panjang.

Seorang pemudi yang mengambil keputusan untuk menerima lamaran seorang laki-laki, hanya karena melihat tampilan lahiriah yang bersangkutan, paras yang tampan, baju yang rapi, bau parfum yang haru, sepatu yang mengkilat dan mobil yang ia kendarai, akan mudah terkecoh. Sebab bisa jadi semua yang dikenakan si laki-laki itu hanya sekedar barang pinjaman yang ia pakai untuk memikat si pemudi.

Di dalam Alkitab daftar nama dari kedua belas rasul yang dipilih Yesus tersebut ditulis sebanyak empat kali, yaitu di dalam Matius 10:2-4, Markus 3:16-19, Lukas 6:14-16 serta Kisah Para Rasul 1:13. Setiap kali dengan urutan yang berbeda dan juga untuk orang-orang tertentu dengan nama yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena memang orang Yahudi pada masa itu dapat menggunakan beberapa nama alias. Sebagai contoh, Simon juga disebut sebagai Kefas maupun Petrus. Yudas yang lain yang bukan mengkhianati Yesus memiliki nama lain Tadeus, Bartolomeus kemungkinan merupakan nama lain dari Natanel, serta Tomas juga dipanggil sebagai Didimus.

Bila kita meneliti nama-nama yang dituliskan di sana, semua mereka berasal dari wilayah Galilea, kecuali seorang saja, yaitu Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus. Kata Iskariot ini menunjukkan bahwa ia berasal dari Keriot, sebuah kota yang berada di wilayah Yudea. Di masa itu Galilea adalah daerah yang terbelakang dibandingkan Yudea yang lebih dekat dengan ibu kota Yerusalem. Selain dijelaskan nama kota dari mana ia berasal, nama Yudas di dalam daftar nama para rasul pada ketiga Injil Sinoptik di atas juga selalu ditaruh di urutan terakhir dengan penjelasan bahwa ia adalah pribadi yang mengkhianati Yesus. Penulisan yang sedemikian nampaknya disengaja untuk menjelaskan kepada kita bahwa orang yang secara lahiriah nampak potensial seperti Yudas bisa jadi malahan tak dapat diandalkan. Sebaliknya kesebelas rasul sederhana dari Galilea itulah yang justru membawa dampak yang besar terhadap dunia.

Saudara-saudari, mengawali proses pengambilan keputusan dengan doa akan menolong kita untuk menghasilkan keputusan yang bijak. Melaluinya kita ditolong untuk tidak mengambil keputusan hanya berdasarkan pertimbangan manusiawi, semberono karena ketergesa-gesaan dan bersandarkan pada pengamatan lahiriah. Dengan demikian indera rohani kita akan terasah untuk bertambah peka terhadap tuntunan Tuhan yang senantiasa membawa kita di jalan-jalan keberhasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar