Niatan yang baik apabila dilakukan dengan langkah yang salah tidak akan menghasilkan kebaikan, namun justru dapat mengakibatkan perkara yang fatal. Seorang ibu melihat mata anak bayinya kemerah-merahan karena gatal. Dengan niatan baik ia mengambil botol Yodium Tincture yang biasa dipakai untuk mengobati luka dan dengan niatan baik pula ia meneteskan Yodium Tincture tersebut ke mata anaknya. Kira-kira apa yang akan terjadi? Bisa jadi mata si bayi rusak dan ia akan menjadi buta untuk selamanya.
Hal yang sama dalam bentuk yang berbeda dilakukan oleh teolog besar dari Jerman yang bernama Rudolf Bultman. Melihat perkembangan modernitas yang mengukur kebenaran berdasarkan nalar dan pengamatan inderawi, ia berpendapat bahwa isi Alkitab perlu ditafsir ulang sesuai dengan pola pikir filsafat modern yang bersifat rasionalisme empiris tersebut. Untuk itu di dalam seminarnya pada tahun 1941 yang berjudul New Testament and Mythology ia berkata bahwa isi Alkitab penuh dengan mitos atau cerita dongeng. Kisah-kisah mujizat di dalam Alkitab bukan peristiwa sejarah yang sesungguhnya, semua itu hanyalah mitos dari masa purba. Ia mengusulkan agar dilakukan demitologi atau pemisahan antara ajaran moral di dalam Alkitab yang masih berlaku sampai sekarang dengan catatan peristiwa-peristiwa mujizat yang tertulis di dalamnya.
Niatan baik dari Rudolf Bultman untuk menjaga agar Alkitab tetap relevan dengan dunia modern ini karena dilaksanakan dengan langkah yang salah, yaitu demitologi Alkitab justru mengakibatkan perkara yang fatal. Akibatnya orang memandang bahwa Alkitab dan iman Kristen hanya berisi ajaran moral dan tidak memiliki dimensi supranatural lagi. Bila mujizat hanya sekedar dongeng maka berarti Tuhan hanyalah pribadi yang terbatas yang tak mampu bekerja melampaui batas-batas hukum alam. Bila mujizat dalam Alkitab hanya sekedar suatu mitos, maka bisa jadi Tuhan pun bukan pribadi yang sungguh-sungguh ada, namun hanya sekedar konsep dalam pikiran manusia atau bahkan juga sekedar suatu mitos. Krisis iman ini menjadi salah satu penyebab gereja-gereja di Eropa mengalami kemerosotan yang luar biasa sampai hari ini.
Saudara-saudari, peristiwa-peristiwa mujizat di dalam Alkitab bukan sekedar suatu cerita dongeng isapan jempol belaka. Bila kita bersedia membuka mata kita, di zaman sekarang pun kita masih dapat melihat bahwa mujizat, yaitu peristiwa-peristiwa yang melampaui batas-batas hukum alam masih terjadi di sekitar kita. Semua itu merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa Tuhan sungguh-sungguh ada dan bekerja sampai hari ini. Tuhan bukan hanya sekedar mengajarkan ajaran moral dan tak terlibat di dalam hidup manusia. Bukan! Ia memamng mengajarkan kebenaran, namun bukan hanya itu saja, Ia juga terlibat langsung dalam kehidupan manusia, antara lain melalui mujizat-Nya.
Itulah yang dilakukan oleh Yesus Kristus untuk menegaskan bahwa Ia bukan hanya sekedar seorang rabbi atau guru agama Yahudi, namun Mesias yang sesungguhnya. Melalui mujizat-mujizat yang Ia lakukan Ia mengungkapkan bahwa Ia bukan sekedar seorang yang mengajarkan ajaran kebaikan, namun Ia adalah Tuhan sendiri yang terlibat di dalam kehidupan manusia. Hal ini nampak dari mujizat yang Ia lakukan di perjamuan kawin kota Kana. Peristiwa yang disebut oleh Yohanes sebagai yang pertama dari tanda-tanda yang Ia lakukan untuk menunjukkan kemuliaan-Nya ini ditulis di dalam Yohanes 2:1-11.
Yohanes 2:1-11
1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; 2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." 4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." 5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" 6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. 7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh. 8 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya. 9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki, 10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." 11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
I. Mujizat adalah untuk menolong manusia
Di dalam Injil Yohanes 2 di atas ditulis bahwa Yesus bersama dengan para murid-Nya menghadiri suatu perjamuan kawin di kota Kana yang terletak di Galilea, tak terlalu jauh dari kota Nazaret. Sebagaimana lazimnya di dalam perkawinan orang Yahudi, perjamuan itu berlangsung selama 7 hari. Yesus bersama dengan para murid-Nya tiba pada hari yang ketiga dari perjalanan mereka. Maria, ibu Yesus sudah ada di pesta itu terlebih dahulu. Nampaknya pesta ini diselenggarakan oleh salah seorang keluarga mereka, dan Maria terlibat dalam mengatur pesta tersebut. Itu sebabnya ketika pesta ini mengalami kehabisan anggur dan sebelum para tamu yang lain mengetahuinya Maria telah terlebih dahulu mendengarnya.
Sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh seorang ibu, Maria pun memberitahukan peristiwa yang memalukan ini kepada Yesus, anaknya, tentu dengan maksud agar Yesus melakukan sesuatu untuk menolong keluarga yang sedang menjamu para tamu tersebut. Ya, pesta yang kehabisan anggur merupakan suatu peristiwa yang memalukan. Mengacu kepada Yohanes 2:11 nampaksebelumnya Yesus tidak pernah melakukan mujizat, sangat besar kemungkinan Maria tidak mengharapkan Yesus menyelamatkan pesta ini dengan membuat mujizat.
Yesus menjawab pemberitahuan ibunya ini dengan berkata: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Saudara-saudari, Yesus menjawab dengan menggunakan idiom bahasa Ibrani. Idiom adalah kata-kata yang mengandung makna lebih dari sekedar arti harafiahnya. Sebagai contoh kata kambing hitam. Kata ini secara harafiah berarti kambing yang berwarna hitam. Namun secara idiom kata itu berarti orang yang dipersalahkan sebagai pribadi yang bertanggungjawab atas suatu masalah.
Kata “mau apakah engkau dari padaku” dalam idiom bahasa Ibrani artinya adalah “biarkan aku yang mengatasinya.” Dengan berkata demikian Yesus mengatakan bahwa Ia adalah pribadi yang memegang kendali, bukan Maria ibunya. Untuk menegaskan hal tersebut Yesus berkata: “Saat-Ku belum tiba.” Artinya Ia tahu kapan saat Ia harus menyatakan diri-Nya sebagai Mesias. Ia yang memegang otoritas, baik atas apa yang Ia lakukan dan kapan Ia akan melakukannya.
Itu sebabnya Maria sebagai orang yang terlibat untuk mengatur pesta itu berkata kepada para pelayan yang bekerja dalam pesta tersebut: “: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Maksudnya agar para pelayan itu membantu Yesus dalam menyelamatkan pesta yang hampir gagal tersebut. Yesus pun menolong keluarga yang sedang berpesta ini dengan melakukan mujizat yaitu mengubah air menjadi anggur.
Saudara-saudari itulah tujuan yang pertama dari tindakan Tuhan untuk mengadakan mujizat, yaitu untuk menolong manusia. Memang pertolongan Tuhan tidak hanya dalam bentuk mujizat, namun Ia bersedia untuk membuat mujizat demi menolong manusia. Hal ini menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.
II. Mujizat adalah untuk melatih ketaatan orang yang mendengar firman Tuhan
Di dalam melakukan mujizat ini Yesus tidak bekerja seorang diri. Ia menyuruh para pelayan yang telah menerima petunjuk dari Maria untuk mengisi enam tempayan yang digunakan untuk membasuh kaki para tamu dengan air. Sesudah tempayan itu diisi dengan air sampai penuh, Yesus menyuruh mereka mencedok serta membawanya kepada pemimpin pesta untuk dicicipi.
Saudara-saudari, mengisi tempayan yang digunakan untuk membasuh kaki para tamu dengan air adalah hal yang lumrah. Tetapi mencedok air dalam tempayan yang digunakan untuk membasuh kaki kemudian membawa kepada pemimpin pesta untuk dicicip merupakan tindakan yang sangat tidak wajar dan penuh resiko. Bila si pemimpin pesta tahu dari mana air itu berasal dapat dibayangkan apa yang akan terjadi dengan para pelayan yang mempersilakan dirinya untuk mencicip air tersebut. Adakah di antara Anda yang bersedia minum air dari tempayan yang digunakan untuk membasuh kaki para tamu yang kotor dan berdebu karena sehabis melakukan perjalanan yang jauh?
Nampaknya Yesus dengan sengaja memilih tempayan yang dipakai untuk membasuh kaki ini dan bukan bejana lainnya sebagai sarana untuk mengajar pentingnya ketaatan dari mereka yang mendengar sabda-Nya. Ketataan terhadap firman Tuhan membuka pintu mujizat. Dengan kata lain mujizat disediakan Tuhan sebagai sarana untuk melatih ketaatan dari mereka yang mendengar firman-Nya. Ketaatan inilah wujud dari iman yang sesungguhnya. Orang yang mempercayai firman Tuhan akan menaati firman-Nya tersebut.
III. Mujizat adalah untuk mempermuliakan Yesus Kristus
Di samping Tuhan mengadakan mujizat untuk menolong manusia dan melatih ketaatan mereka yang mendengar firman-Nya, Ia juga melakukan mujizat untuk menunjukkan kemuliaan-Nya. Karena itu di dalam Yohanes 2:11 dikatakan Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
Memang tak jarang ada pelayan Tuhan yang menggunakan mujizat untuk keuntungan dirinya sendiri dan agar orang mengagumi dirinya. Padahal semustinya mujizat bukan untuk mempermuliakan para pelayanan yang mengisi tempayan, mencedoknya dan membawanya kepada si pemimpin pesta. Mujizat merupakan salah satu cara Tuhan untuk menyatakan bahwa diri-Nya adalah pribadi yang mulia, sehingga melampaui batas-batas hukum alam. Mujizat ini merupakan tanda bahwa Yesus adalah benar-benar Sang Mesias sehingga membuat para murid-Nya semakin percaya kepada-Nya.
Karena Tuhan adalah pribadi yang kekal dan masih bekerja sampai hari ini, itu sebabnya mujizat-Nya belum berakhir. Kasih dan kuasa Tuhan tidak pernah berubah. Kasih yang mengakibatkan Dia bersedia menolong manusia, kuasa yang melampaui batas hukum alam itu masih tetap sama sampai hari ini. Karena itu kita tetap dapat mengharapkan mujizat-Nya sampai hari ini. Sebaliknya dari menganggap bahwa mujizat merupakan suatu mitos atau dongeng, justru kita perlu menerima firman Tuhan dengan iman dan ketaatan. Justru iman kepada kasih dan kuasa Tuhan serta ketaatan kepada firman-Nya itulah yang akan membuat kita menang atas setiap tantangan, sehingga dengan demikian kita akan berjalan dalam hidup yang berkemenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar