Suatu pagi, di tahun terakhir kuliah saya di ITS Surabaya, seorang teman datang ke rumah saya. Teman kuliah saya ini baru pulang berlibur dari Bandung dengan menumpang kereta api malam. Entah apa yang membuat dia pagi itu begitu tiba Surabaya dan beres mandi langsung pergi pergi mengunjungi saya. Setelah berbicara ke Utara Selatan, secara sambil lalu teman saya ini menceritakan pengalaman yang ia alami di kereta api semalam.
Di kereta yang ia tumpangi dari Bandung ke Surabaya tersebut ia melihat seorang pemuda yang berambut panjang dengan jenggot yang tebal mengajak berbincang-bincang para pemuda-pemudi yang duduk segerbong. Nampaknya si pemuda rambut gondrong ini memiliki daya pikat yang tinggi, sehingga dalam waktu singkat beberapa pemuda-pemudi mengerumuni yang bersangkutan. Kepada anak-anak muda yang mengelilingi dirinya si pemuda itu bertanya: “Hidup ini untuk makan atau makan untuk hidup?” Timbullah diskusi hangat di antara mereka semua.
Teman saya yang menyaksikan semua ini berkata di dalam hatinya: “Ah, pasti orang ini seorang penganut aliran kebatinan. Dari tampilan dan kata-kata yang dia ucapkan, pasti ini bukan orang biasa-biasa. Kemungkinan seorang paranormal.” Setelah diskusi hangat tersebut usai dan para pemuda-pemudi itu kembali ke tempat duduk mereka untuk tidur, teman saya mengajak orang muda yang berambut panjang itu berkenalan. Ternyata ia bukan seorang paranormal. Yang bersangkutan adalah Almarhum Jerimia Rim, seorang penginjil yang dipakai Tuhan secara luar biasa di kalangan anak-anak muda di Indonesia dan berbagai negara lainnya di masa itu.
Sementara teman saya menceritakan pengalamannya itu, di dalam hati saya terbersit keinginan untuk berkenalan dengan orang yang ia ceritakan. Singkat cerita, saya pun berkenalan dengan Pak Jerimia Rim. Sebagai salah seorang ketua Senat Mahasiswa di ITS saya mengundang yang bersangkutan untuk berkhotbah di antara teman-teman kuliah saya. Perkenalan tersebut berlanjut menjadi persahabatan yang akrab. Persahabatan yang mengubah arah hidup saya. Pemikiran-pemikiran Pak Jerimia sedikit banyak telah mempengaruhi keputusan saya sebagai seorang sarjana teknik elektro untuk menerjunkan diri ke bidang teologi dan melayani sebagai seorang gembala jemaat.
Kerap kali saya merenung. Kalau saja malam itu teman saya tidak kembali dari Bandung ke Surabaya dengan kereta api, atau kalau saja teman saya duduk di gerbong yang lain, atau semisalkan teman saya tidak datang ke rumah dan menceritakan pengalamannya di kereta api, atau bila dalam hati saya tak terbersit keinginan untuk berkenalan dengan Pak Jerimia Rim, mungkin keadaan hidup saya berbeda dengan hari ini. Ya, satu pertemuan sederhana yang mengubah segalanya. Saya memandang peristiwa ini bukan sebagai hal yang bersifat kebetulan, namun nampak bahwa Tuhan berada di balik semuanya.
Saudara-saudari, Tuhan dalam kedaulatan-Nya menggunakan saat yang tepat, tempat yang tepat dan peristiwa yang tepat untuk melaksanakan kehendak-Nya. Ia dalah Tuhan dari sejarah yang menggunakan sejarah untuk mewujudkan rancangan-Nya. Hal itulah yang dapat kita lihat tentang kehadiran Yesus Kristus yang diawali dengan pelayanan Yohanes Pembaptis seperti yang dicatat di dalam Lukas 3:1-6.
Lukas 3:1-6
1 Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, 2 pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. 3 Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, 4 seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. 5 Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, 6 dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan."
I. Konteks situasi politik
Sesudah dua pasal ia gunakan untuk memberikan latar belakang kelahiran Yohanes dan Yesus Kristus sampai masa remaja dari Yesus, mulai dari pasal yang ketiga dari kitabnya Lukas menjelaskan pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Hal tersebut ia awali dengan menempatkan pelayanan Yohanes Pembaptis sebagai pembuka jalan bagi Yesus di dalam kerangka sejarah. Untuk itu ia menjelaskan bahwa Yohanes memulai pelayanannya di masa pemerintahan lima orang penguasa dari lima wilayah dan dua orang imam besar di Yerusalem.
Dengan menyebut nama0ama para penguasa dan imam tersebut secara rinci nampak bahwa Lukas bukan hanya sekedar ingin menginformasikan kapan Yohanes dan Yesus memulai pelayanan mereka. Kalau hanya untuk itu ia tak perlu sampai harus menyebutkan nama lima penguasa pada zaman tersebut, cukup menyebutkan salah satu dari mereka saja. Ia sebutkan kelima nama penguasa pemerintahan tersebut untuk memberikan latar belakang suasana batin masyarakat Yahudi saat Yohanes dan Yesus memulai pelayanan mereka.
Pertama-tama Lukas menyebut nama Kaisar Tiberius yang adalah penguasa kerajaan Romawi. Kaisar ini adalah pengganti dari Kaisar Agustus yang telah berhasil menjadikan kekaisaran Romawi sebagai negara super power yang meliputi Eropa, Afrika Utara dan Asia. Di dalam masa itu kerajaan Israel yang dipersatukan oleh Raja Daud berada di dalam penjajahan kekaisaran Romawi dan terbagi menjadi empat wilayah. Wilayah pertama Yudea diperintah oleh seorang wali negeri Romawi yang bernama Pontius Pilatus. Sejarah mencatat bahwa Pilatus adalah seorang yang merendahkan agama Yahudi. Ia melakukan tindakan yang keras dan kejam terhadap orang Yahudi.
Wilayah kedua adalah Galilea yang diperintah oleh Herodes Antipas, anak Raja Herodes Agung. Ia seorang yang licik, sehingga dijuluki sebagai “si serigala.” Seorang yang serakah namun dibawah pengaruh istrinya Herodias yang adalah istri saudaranya sendiri. Ia membebani rakyat dengan pajak yang berat untuk membiayai pembangunan gedung-gedung megah yang ia dirikan. Wilayah ketiga adalah Iturea dan Trankhonitis yang diperintah oleh Herodes Filipus saudara tiri dari Herodes Antipas. Karena daerah ini tidak banyak dihuni oleh orang Yahudi, Herodes Filipus tak memiliki persoalan dengan orang Yahudi. Demikian juga dengan wilayah Abilene yang terletak jauh di Utara dan diperintah oleh raja Lysanias. Wilayah ini kecil dan pengaruhnya sangat terbatas terhadap kehidupan orang Yahudi.
Mengenai Herodes Antipas walaupun seperti ayahnya, Herodes Agung, ia adalah seorang pemeluk agama Yahudi, namun karena Herodes Agung bukan orang Yahudi tetapi berasal dari bangsa Edom, keturunan Esau saudara Yakub, hal ini menambah ketidakpuasan bangsa Yahudi terhadap penjajahan Romawi.
II. Konteks situasi keagamaan
Ketidak puasan orang Yahudi diperbesar lagi karena imam besar di masa itu hanya sekedar sebagai pemimpin agama dan tak memiliki kekuasaan di dalam kehidupan masyarakat. Padahal sebelumnyaimam besar merupakan seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan atas kehidupan masyarakat. Sehingga walaupun berada di dalam penjajahan bangsa lain, seperti Persia, Yunani dan Romawi, orang Yahudi menikmati otonomi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat melalui keberadaan sang imam besar.
Tetapi tidak demikian halnya sejak Herodes Agung memerintah. Karena Herodes bukan berasal dari bangsa Yahudi dan bukan keturunan imam Yahudi, maka kekuasaan imam besar sangat dikurangi. Penguasa Romawi dapat mengangkat dan memberhentikan seorang imam besar sesuai dengan kepentingan politiknya.
Itu sebabnya Lukas menyebutkan dua nama imam besar di masa pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Imam besar yang pertama adalah Hanas. Ia menjabat sebagai imam besar selama delapan tahun kemudian diberhentikan oleh Valerius Gratus wali negeri Romawi yang memerintah atas Yudea. Ia digantikan oleh anaknya Eleazar dan kemudian oleh menantunya, Kayafas.
Mengenai Hanas, nampaknya walaupun kedudukannya sebagai imam besar telah digantikan oleh Kayafas, namun pengaruh yang bersangkutan sangat besar. Di samping itu karena bangsa Yahudi memandang bahwa jabatan imam besar berlangsung seumur hidup. Itu sebabnya ia masih tetap dipandang dan disebut sebagai imam besar walaupun ia tidak lagi menjabat kedudukan itu.
III. Situasi yang tepat untuk kedatangan Sang Mesias
Saudara-saudari, situasi politik dan keagamaan yang menimbulkan ketidak puasan banga Yahudi ini berakibat memuncaknya kerinduan mereka terhadap kedatangan Sang Mesias, yang bagi mereka akan membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi, menyatukan kembali kerajaan Israel dalam kejayaan seperti masa pemerintahan Raja Daud. Situasinya sangat matang untuk Yohanes Pembaptis memberitakan bahwa Mesias akan segera datang. Situasinya sangat tepat untuk menyerukan agar bangsa Yahudi menyiapkan jalan bagi Sang Mesias dengan bertobat dari dosa-dosa mereka.
Dengan menjelaskan konteks sejarah dari pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus berarti Lukas juga menegaskan tidak ada yang bersifat kebetulan bagi Tuhan. Tidaklah kebetulan bila Yohanes dan Yesus memulai pelayanan mereka di situasi batin bangsa Yahudi yang sangat merindukan kehadiran Sang Mesias. Tuhan mengatur segala sesuatu tepat pada waktunya.
Saudara-saudari, hal ini juga mengajar kita bahwa apapun yang kita alami dalam hidup kita, selama kita tahu bahwa kita berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, kita tak perlu merasa kuatir sebab Ia memegang kendali atas segala situasi. Ia sanggup mengatur segala situasi, termasuk sejarah, agar rencana-Nya di dalam hidup kita tergenapi. Dengan kesadaran itulah kita hadapi hari-hari yang akan kita lalui tanpa bimbang dan ragu, sebaliknya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang kebetulan di dalam Tuhan. Ya, kedaulatan Tuhan memberikan jaminan yang pasti tentang masa depan yang cerah bagi setiap kita yang berjalan sesuai dengan rancangan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar