Kedua sisi dinding ruangan tempat di mana ia terperosok mulai bergeser mendekat dengan perlahan. Mendadak dari balik dinding batu yang bergerak itu tersembul keluar puluhan mata tombak yang sangat tajam, ujung-ujungnya berkilauan tertimpa cahaya obor yang di tangannya. Matanya bergerak liar memandang ke sekeliling ruangan yang semakin menyempit itu. Tidak sedikitpun celah untuk meloloskan diri. Ia melihat ke atas. Lobang yang tadi menganga lebar dan membuatnya jatuh terperosok ke dalam ruangan itu sekarang sudah tertutup rapat. Tidak ada jalan keluar. Peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya. Kedua dinding yang penuh dengan mata tombak baja yang terhunus itu semakin mendekat, siap untuk melumatkan dirinya. Terjepit. Terhimpit. Tak ada lagi kesempatan untuk meloloskan diri…
Saudara yang menggemari cerita petualangan Indiana Jones akan sering menjumpai adegan seperti itu dalam filmnya. Situasi yang dihadapi oleh sang petualang yang juga seorang profesor arkeologi itu menggambarkan keadaan kehidupan manusia. Terhimpit di antara dua dinding dari ruangan tanpa mampu melepaskan diri darinya. Kedua dinding tersebut adalah dinding kehidupan masa lampau dan kehidupan masa depan. Setiap orang hidup di antara kedua garis pembatas tersebut, masa lampau dan masa depan, tanpa mampu untuk meloloskan diri darinya. Suka tidak suka, mau tidak mau, sadar ataupun tidak sadar, semua orang berada di antara kedua kutub waktu tersebut. Masa lampau yang tak dapat ia ubah dan masa depan yang tak dapat ia atur dengan pasti. Ketidakberdayaan di antara jepitan dua dinding waktu inilah yang acapkali menyesakkan dada manusia. Terlebih lagi kalau ia mengingat masa lampaunya, rasa sesal menggumpal di hatinya. Dan di saat yang sama bila ia memandang masa depannya, rasa kuatir membanjiri pikirannya. Penyesalan dan kuatir yang tumpang tindih dan bercampur aduk.
Menyesal karena keputusan-keputusan keliru yang pernah ia buat di masa lampau itu menambah rasa kuatir dalam hatinya akan masa depan. Rasa sesal karena telah bermalas-malasan saat ia masih duduk di bangku sekolah membuat ia sangat kuatir tentang kariernya di masa depan. Rasa sesal karena telah menginvestasikan uangnya di tempat yang salah membuat ia kuatir tentang usahanya di hari esok. Rasa sesal karena telah terburu-buru dalam memilih pasangan hidup membuat ia kuatir tentang masa depan rumah tangganya. Nasi sudah menjadi bubur, kata orang. Rasa sesal akan masa lampau dan kuatir akan masa depan itu mengakibatkan ia merasa frustrasi dengan hidupnya. Frustrasi yang berkepanjangan yang mengakibatkan depresi dan keputusasaan. Ya, bermiliar manusia terjebak tak berdaya dalam situasi yang menyedihkan ini.
Adakah jalan keluar dari jepitan kedua dinding waktu tersebut?
Karya Yesus yang Membebaskan
Ya, bagi setiap manusia sesungguhnya telah tersedia pintu harapan yang terbentang lebar. Pintu kemerdekaan yang telah dibuka oleh Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Melalui pengorbanan-Nya tersebut Ia telah menghapuskan masa lampau dari manusia. Ia menghapus kegelapan dosa, kegagalan dalam rumah tangga, kehancuran dalam usaha dan pelbagai sisi gelap di masa lampau yang tak mampu diubah oleh manusia.
Apa yang tak mampu diubah oleh manusia, Ia mampu menghapuskannya! Itu sebabnya Rasul Paulus menulis di dalam suratnya, 2Korintus 5:17, sedemikian: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Bukan hanya Ia menghapuskan masa lampau kita yang kelam, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib tersebut, Ia juga menjamin masa depan yang pasti bagi setiap orang yang menaruhkan harap kepada-Nya. Itu sebabnya Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus manusia menjadi ciptaan yang baru. Mereka hidup di awal kehidupan yang baru, a new beginning.
Paulus mengalami sendiri apa yang ia katakan tersebut, sebab ia memiliki cukup alasan untuk hidup menyesali masa lampau dan menguatirkan akan masa depannya. Masa silamnya sangat kelam, sebab sebelum ia menjadi pengikut Kristus ia telah memimpin penangkapan dan penyiksaan para pengikut Yesus. Masa depannya tidak menentu, sebab sejak ia menjadi pengikut Kristus, maka para pengikut agama Yahudi memusuhi dirinya dan berusaha untuk membunuhnya. Namun Paulus melihat bahwa di dalam Kristus ia telah memasuki kehidupan yang baru.
Awal yang baru itulah yang Tuhan Yesus janjikan bagi kita semua. Awal kehidupan baru untuk menyongsong masa depan yang cerah. Sebab Tuhan Yesus memberikan jaminan yang pasti bahwa Ia memiliki rencana bagi orang yang beriman kepada-Nya. Ia menjamin masa depan yang penuh pengharapan dari umat-Nya. Dengan kata lain, sebaliknya dari hidup penuh dengan penyesalan, di dalam Kristus kita dapat hidup penuh dengan sukacita, karena Ia telah menghapus masa lampau kita. Sebaliknya dari hidup penuh dengan kekuatiran, di dalam Kristus kita dapat hidup penuh dengan pengharapan yang pasti, karena Ia mengatur masa depan kita dalam rencana-Nya. Bukan itu saja! Ia bukan hanya bekerja untuk masa lampau dan masa depan saja. Ia juga bekerja di masa kini, menyertai kita di sepanjang jalan kehidupan kita.
Ya, masa lampau kita Ia hapuskan, masa depan kita Ia jamin dan di masa kini Ia menyertai kita dengan kasih dan kesetiaan-Nya yang tak berkesudahan. Itulah kehidupan baru yang indah yang kita peroleh di dalam Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar