MERDEKA DI ATAS KURSI RODA


Sebagai seorang remaja putri yang dinamis, Joni Earekson Tada, sangat menikmati hidup dengan melakukan hobi-hobinya seperti berkuda, berenang, mendaki, bermain tenis. Ketika Joni berusia 18 tahun, ia baru saja lulus dari SMA, ia pergi berlibur bersama kakak dan teman-temannya ke sebuah pantai. Begitu mereka tiba di pantai, tak sabar ia segera terjun ke laut untuk menyelam. Tetapi ia tidak mengetahui bahwa pantai itu airnya sangat dangkal, karena ia terjun dengan kepala terlebih dahulu, akibatnya tulang lehernya patah. Segera ia dibawa ke rumah sakit terdekat dan ia harus dirawat di rumah sakit tersebut selama berbulan-bulan, karena ia menderita kelumpuhan dari leher sampai kebagian bawah tubuhnya. Ia tak mampu lagi menggunakan kedua tangan dan kakinya.

                Perubahan drastis terjadi dalam hidupnya. Ketika teman-temannya disibukkan persiapan untuk masuk ke universitas, Joni harus tergeletak tak berdaya di rumah sakit dan menerima kenyataan bahwa seluruh hidupnya harus dijalaninya dengan kursi roda. Dua tahun dalam masa pemulihannya merupakan masa-masa terberat dalam hidupnya. Ia marah pada nasibnya yang buruk. Ia marah pada Tuhan. Ia tidak mengerti, mengapa Tuhan mengijinkan perkara buruk ini menimpa dirinya. Kalau Tuhan Maha Kasih, mengapa Tuhan ijinkan semua ini terjadi? Dan kalau Ia Maha Kuasa, bukankah Ia berkuasa untuk meniadakan kecelakaan tersebut sehingga ia tidak perlu mengalami kelumpuhan ini? Ia berada dalam keadaan depresi yang berat dan berulangkali ia ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ia berharap ada temannya yang mau memotong pergelangan tangannya atau memasukkan sesuatu dalam kerongkongannya sehingga ia tidak bisa lagi bernapas, atau tindakan apapun yang dapat segera mengakhiri penderitaannya. Satu pertanyaan yang mengganjal dalam hatinya yang membuat ia sangat emosional, selalu diliputi kemarahan dan hidup dalam depresi yang berat yaitu mengapa ia harus mengalami kelumpuh-an? Mengapa ia harus menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda tanpa bisa menggerakkan sama sekali kedua belah kaki dan tangannya? Bagaimana ia bisa menjalani kehidupan dengan keadaan seperti ini?
                Teman-temannya datang menemani-nya di rumah sakit, menghibur dan menguatkan berdasarkan firman Tuhan. Pada awalnya ia tidak dapat menerima penghiburan melalui ayat-ayat firman Tuhan yang diberikan. Ia sudah tahu mengenai ayat yang disampaikan tetapi hatinya tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia lumpuh. Sampai akhirnya ada seorang temannya yang penuh dengan empati datang padanya dan mau mengerti keadaan Joni yang sesungguhnya. Ia tidak banyak memberi nasihat tapi ada satu ayat firman Tuhan yang diberikannya sangat menguatkan dia yaitu yang terdapat dalam Roma 8:28 yang mengatakan “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Firman Tuhan yang hidup ini mulai berbicara dan bekerja dalam hati Joni sehingga tampak perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Setelah berbulan-bulan ia hanya dapat menatap langit-langit kamar di rumah sakit dan tenggelam dalam depresi yang berat, Joni mulai bangkit.
                Joni mulai dapat melihat kebaikan Tuhan dibalik kelumpuhan yang dialaminya. Ia mengatakan, saya mulai dapat bersyukur kepada Tuhan ketika saya dapat melihat bulan di malam hari, melihat pohon, daun-daun dan bunga yang indah di luar jendela rumah sakit. Saya mulai dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh mereka yang duduk di kursi roda. Joni mulai mengerti rencana Allah atas hidupnya. Tuhan ijinkan terjadi kecelakaan yang melumpuhkannya untuk membentuk dirinya menjadi pribadi yang sabar, tahan uji, dapat menguasai diri, tangguh, peka terhadap kebutuhan orang lain, dapat mengasihi orang lain dan bersukacita. ” Saya mulai menyadari semua ini, ketika saya berada di kursi roda, dan bukan ketika saya bisa berdiri dengan kedua kaki saya. Semuanya ini memberi arti yang baru dalam hidup saya, memberi pengharapan yang baru serta memberi kemenangan. Dulu, kursi roda ini merupakan simbol dari keterasingan dan pemenjaraan bagi diri saya, tetapi Tuhan telah merubahnya. “NOW THIS WHEELCHAIR TO ME IS A SYMBOL OF INDEPENDENCE AND FREEDOM AND MOBILITY”. Sekarang kursi roda ini telah menjadi simbol dari kemerdekaan, kebebasan dan kegerakan bagi saya.  
                Pemahaman itu telah membuatnya bangkit dari keterpurukan dan mulai mengisi hidup dengan melakukan hal-hal yang positif dan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Dan Joni telah membuktikannya setelah 40 tahun ia berada di kursi roda. Ia memakai waktu yang ada dengan bijaksana, mengembang-kan talenta dan karunia untuk kemuliaan Tuhan. Ia telah menjadi seorang pembicara terkenal dalam seminar-seminar maupun kebaktian-kebaktian. Ia telah menjadi seorang pelukis yang sukses. Selama 2 tahun masa rehabilitasinya, Joni belajar melukis dengan menggigit kuas dengan giginya. Dan ia berhasil menjual lukisan-lukisan hasil karyanya. Ia menjadi seorang artis yang membintangi film yang menceritakan kisah hidupnya. Ia tampil dalam acara wawancara yang sangat terkenal Larry King Live sebanyak empat kali. Ia memiliki progam radio yang disiarkan setiap hari selama lima menit yang dipancarkan lebih dari 1000 stasion pemancar radio.
                Pada tahun 2002 ia menerima penghargaan “Radio Progam of the Year”. Ia mendirikan “Joni and Friends” yaitu suatu organisasi yang menjangkau orang-orang yang memiliki keterbatasan secara fisik dan memberi perhatian bagi mereka dengan menyediakan kursi roda bagi yang membutuhkan maupun terapi yang diperlukan. Ia menjadi seorang penulis yang sangat terkenal. Ia telah menulis lebih dari 35 judul buku termasuk buku-buku cerita untuk anak-anak. Beberapa judul bukunya telah memperoleh penghargaan. Ia juga menulis berbagai artikel yang dimuat pada majalah Kristen yang terkenal seperti Christianity Today, Today's Christian Woman dan artikel-artikelnya dimuat dalam berbagai surat kabar di seluruh dunia.
                Joni Earekcson Tada telah menemukan kebebasan untuk memakai setiap talenta yang diberikan Tuhan, masuk dalam rencana dan panggilan Tuhan yang telah ditetapkanNya, bukan ketika ia dapat berjalan dan berlari bebas dengan kedua kakinya dan bukan ketika kedua tangannya dapat digunakan untuk melakukan apapun yang ia mau, akan tetapi ketika ia mengalami kelumpuhan dan ia harus berada dikursi roda tanpa dapat menggerakkan kaki dan tangannya.
                Kemerdekaan bukan berarti kita dapat melakukan apa saja yang kita mau tanpa adanya batasan apapun. Karena jika keadaan demikian keadaannya bukannya kita akan melakukan hal yang baik tetapi sebaliknya melakukan hal-hal yang menghancurkan hidup. Kemerdekaan yang sesungguhnya berarti mengetahui keberadaan dirinya dan mengenal batasan-batasan yang ada sehingga dapat memaksimalkan semua potensi yang dimiliki. Alasan Tuhan untuk mengizinkan adanya batasan-batasan atau keterbatasan dalam diri kita adalah untuk menciptakan kebebasan bagi kita agar dapat menggunakan waktu dan talenta yang secara maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar