TIGA TANTANGAN TERBESAR


Alkisah suatu hari Angin Barat bertemu dengan Angin Timur dan memperdebatkan siapa yang terkuat di antara mereka berdua. Angin Barat berkata: “Aku lebih kuat dari pada dirimu.” Si Angin Timur tentu saja tidak mau kalah dan balas berkata: “Tidak, aku pasti lebih kuat dari engkau.” Angin Barat berkata: “Kalau aku mengeluarkan kekuatanku, kapal-kapal di lautan semuanya pada karam.” Angin Timur membalas: “Kalau aku mengeluarkan kekuatanku, rumah-rumah pun akan roboh berantakan.” Seharian mereka berdebat tanpa menemukan kesepakatan siapa di antara mereka yang terkuat.

Sementara mereka sibuk berdebat mereka berdua melihat seekor monyet kecil sedang bermain-main di atas sebatang pohon tak jauh dari tempat dimana mereka bertemu. Angin Barat pun berkata demikian: “Baik, mari kita buktikan siapa di antara kita yang terkuat. Siapa di antara kita yang mampu menjatuhkan monyet kecil yang sedang bergayut di atas pohon itu ialah yang menang.” “Okay, silakan engkau terlebih dahulu yang mengambil giliran,” jawab Angin Timur menimpali tantangan si Angin Barat.

Segera Angin Barat mengeluarkan tenaganya dan bertiup dengan kuat. Merasakan tiupan angin yang kencang si monyet kecil langsung memeluk dahan pohon tempat ia bergantung dengan kuat-kuat. Si Angin Barat bertiup semakin kuat, semakin kuat pula si monyet berpegang kepada dahan pohon. Si Angin Barat mengerahkan segenap tenaganya dan bertiup sekuat mungkin, si monyet kecil pun semakin erat memeluk dahan pohon itu. Akhirnya si Angin Baratpun berhenti bertiup karena tak kunjung mampu menjatuhkan si monyet kecil. Dengan kelelahan ia berkata kepada Angin Timur: “Coba sekarang giliranmu.”

Angin Timur ganti bertiup. Berbeda dengan si Angin Barat, ia tidak bertiup dengan keras, sebaliknya ia bertiup dengan sangat lembut. Merasakan angin sepoi-sepoi basa yang bertiup si monyet yang telah kelelahan itu mulai mengantuk. Angin Timur bertiup terus dengan lembut, mata si monyet semakin terasa berat. Angin Timur bertiup semakin lebih lembut lagi, si monyet jatuh tertidur dan pelukan tangannya pada dahan pohon mulai mengendur. Si Angin Timur bertiup lebih lembut lagi, tangan si monyet terlepas dari dahan pohon dan “buk” ia jatuh ke tanah.

Saudara-saudari, hal yang sama sering terjadi di dalam kehidupan kita. Acap kali bukan persoalan dan kesulitan hidup yang berat yang  membuat kita jatuh ke dalam dosa, namun bujukan yang lembut dari Iblis yang menjungkalkan kita. Bujukan Iblis yang mengobarkan hasrat untuk merasakan kenikmatan yang membuat kita lupa diri dan yang pada akhirnya menjatuhkan kita ke dalam kehancuran. Bujukan Iblis yang biasa juga disebut sebagai pencobaan ini pula yang dihadapi oleh Yesus Kristus di saat Ia berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun sesudah Ia dibaptiskan oleh Yohanes, seperti yang antara lain dicatat di dalam Matius 4:1-11.

Matius 4:1-11

1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.  2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. 3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."  4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,  6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."  7 Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"  8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,  9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."  10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"  11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.


I.            Keinginan daging

Sebagaimana yang kita lihat di dalam catatan Injil Matius di atas, selesai dibaptis oleh Yohanes maka Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun. Di tempat itu Ia berpuasa selama empat puluh hari penuh. Di hari yang keempat puluh sementara Yesus merasakan kelaparan, Iblis yang disebut sebagai si pencoba itu datang dan mulai mencobai diri-Nya.

Penyebutan Iblis sebagai si pencoba menunjukkan bahwa itulah kegiatan utama dari Iblis dalam upayanya untuk menyeret manusia ke dalam jurang dosa yang lebih dalam. Upaya ini telah ia lakukan sejak manusia masih berada di Taman Eden, yaitu dengan membujuk Hawa, perempuan pertama yang adalah istri Adam manusia yang pertama, untuk melanggar firman Tuhan. Apabila kita memperhatikan bujukan Iblis yang berupaya memperdaya manusia di Taman Eden, nampak dengan jelas kesamaannya dengan upaya yang ia lakukan saat tiga kali mencobai Yesus Kristus. Bujukan dan tiga pencobaan itulah yang didaftarkan di dalam surat 1Yohanes 2:16 sebagai tiga hal yang ada di dunia yang bukan berasal dari Allah Bapa. Ketiga hal inilah yang merupakan tantangan terbesar dalam hidup manusia yang telah menyeret Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.

Tantangan yang pertama adalah keinginan daging. Kepada Hawa di taman Eden Iblis menunjukkan buah pengetahuan yang baik dan jahat yang telah dilarang Tuhan untuk dimakan oleh manusia. Sebagaimana yang dicatat di dalam Kejadian 3:6 Hawa melihat bahwa buah itu nampak baik untuk dimakan, atau dalam istilah surat Yohanes disebut sebagai memuaskan keinginan dagingnya. Bujukan yang sama pula yang dilontarkan oleh Iblis kepada Yesus. Di saat Ia merasa lapar Iblis berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Iblis sangat mengetahui bahwa di saat orang lapar yang diinginkan oleh yang bersangkutan adalah makanan, dalam hal ini yaitu roti. Si pencoba itu sangat mengetahui bahwa keinginan tubuh atau yang diistilahkan oleh surat Yohanes sebagai keinginan daging ini merupakan salah satu tantangan pertama yang dengan mudah menyeret manusia ke dalam dosa.

Penggunaan istilah keinginan daging disini tidak berarti bahwa tubuh manusia ini bersifat buruk atau berdosa. Tubuh dalam pemahaman secara alamiah tentu tidaklah buruk sebab ia diciptakan oleh Tuhan. Namun keinginan manusia untuk memuaskan dan memanjakan tubuh itulah yang bersifat buruk. Keinginan inilah yang telah membuat Hawa melupakan larangan Tuhan dan melanggar firman-Nya. Keinginan untuk memuaskan tubuh ini membuat manusia kehilangan kewaspadaan rohani sehingga membuat yang bersangkutan jatuh ke dalam dosa.


II.            Keangkuhan hidup

Tantangan yang kedua yang disebut di dalam surat 1Yohanes 2:16 adalah keangkuhan hidup. Bujukan keangkuhan hidup inilah yang disodorkan oleh Iblis kepada Hawa dengan berkata bahwa buah pengetahuan yang baik dan jahat akan membuat dirinya menjadi sama dengan Allah. Dalam bentuk yang berbeda namun dengan tujuan yang sama Iblis telah membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri dari bubungan Bait Suci. Dengan mengutip firman Tuhan Iblis berkata: “Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."

Saudara-saudari, kita harus mengingat bahwa Iblis mengetahui firman Tuhan dan pandai mengutip sabda Tuhan. Namun ia mengutip firman tersebut bukan dengan tujuan agar kita menaatinya, sebaliknya agar kita menjadi lengah sehingga dengan mudah terseret ke dalam dosa. Hal itulah yang ia lakukan terhadap Yesus. Dengan mengutip firman Tuhan ia mencoba membuat Yesus bersedia membuktikan diri dalam keangkuhan bahwa apa yang telah difirmankan tentang diri-Nya itu memang benar-benar tergenapi.

Keangkuhan hidup inilah yang membuat manusia ingin menonjolkan dirinya. Sehingga bukan saja yang bersangkutan merasa lebih tinggi dari orang lain, ia juga ingin lebih tinggi dari Tuhan sendiri. Bukannya dalam kerendahan hati ia menggantungkan hidup kepada Tuhan, namun dalam keangkuhan ia memandang bahwa dirinya tidak memerlukan Tuhan. Pada dasarnya sikap pemberontakan kepada Tuhan inilah dosa yang telah menghancurkan hidup manusia.


III.            Keinginan mata

Tantangan yang ketiga yang menyeret manusia ke dalam dosa yang disebut di dalam surat 1Yohanes 2 adalah keinginan mata. Yang dimaksudkan di sini adalah keinginan untuk memuaskan hasrat manusiawi yang dipicu oleh keindahan yang nampak oleh mata. Tentu bukan berarti segala hal yang nampak indah adalah hal yang berdosa, sebab keindahan itu sendiri merupakan ciptaan Tuhan. Panorama yang indah, wajah yang indah, bangunan yang indah bukan hal yang buruk atau berdosa, tetapi keinginan memuaskan hasrat dengan melanggar firman Tuhan karena terpicu oleh melihat keindahan tersebutlah yang menjatuhkan manusia ke dalam dosa.

Memiliki paras yang cantik tentu bukan suatu dosa. Namun keinginan untuk menyeleweng dari pasangan hidup karena terpicu oleh kecantikan yang kita lihat tersebutlah yang membuat kita berdosa. Inilah yang disebut sebagai keinginan mata.

Itulah yang disodorkan oleh Iblis saat ia membujuk Hawa untuk melanggar firman Tuhan. Hawa melihat betapa buah pengetahuan yang baik dan jahat itu nampak sedap dimata, dan akibatnya ia terbujuk untuk melanggar larangan Tuhan. Hal yang sama dicoba Iblis terhadap Yesus Kristus. Iblis membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan semua kerajaan dunia dengan kemegahannya. Ia menawarkan semua kerajaan dengan kemegahannya tersebut kepada Yesus asal Ia bersedia melanggar firman Tuhan dengan sujud menyembah Iblis.

Saudara-saudari, tipu muslihat Iblis untuk menyeret manusia ke dalam dosa melalui ketiga pencobaan atau tantangan kehidupan ini masih dipakainya sampai hari ini. Ketiga pencobaan ini, yaitu keinginan daging, keangkuhan hidup serta keinginan mata masih merupakan alat yang terefektif untuk menjatuhkan manusia, sama seperti Angin Timur yang bertiup dengan lembut dan menjatuhkan seekor monyet dari dahan pohon. Kita perlu menangkal ketiga tantangan ini dengan cara mengisi hidup kita dengan firman Tuhan. Firman Tuhan yang memenuhi hati kita akan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan dan peka terhadap bujukan Iblis. Dengan demikian kita pun akan dimampukan untuk mengalahkan bujukan si Iblis dan hidup dengan berkemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar