Dua ratus lima puluh tahun yang lampau di Inggris hidup seorang kapten pelaut yang bekerja pada sebuah kapal yang membawa para budak dari Sierra Leone, Afrika ke daratan Eropa. Pada masa itu para budak ini diperlakukan dengan sangat kejam dan melampaui batas-batas kemanusiaan. Dalam keadaan terantai mereka dijejalkan kedalam ruang kapal yang tanpa ventilasi dan fasilitas toliet sama sekali. Berminggu-minggu mereka harus berada dalam keadaan seperti itu sampai mereka tiba di Eropa dan diperjual belikan seperti hewan.
Suatu malam dalam pelayaran di Samudra Atlantik, kapal yang dibawa oleh kapten kapal ini tertimpa badai. Si kapten terbangun dari tidurnya dan ia mendapati kapalnya sudah penuh terisi dengan air dan hampir tenggelam. Segera ia naik ke anjungan dan berusaha mengemudikan kapalnya menembusi badai tersebut. Sebagian dari muatan kapalnya telah hanyut ke laut. Semua anak buah kapalnya mengikat diri dengan tali agar tak hanyut terhempas gelombang yang dahyat.
Dalam keadaan yang sangat genting itu si kapten teringat kepada masa kecilnya, yaitu saat ibunya masih hidup. Ia teringat bagaimana setiap malam ibunya membacakan ayat-ayat Alkitab bagi dirinya dan mengajak dia berdoa sebelum tidur. Bertahun-tahun dalam kebejatan hidupnya si kapten ini telah melupakan apa yang diajarkan ibunya. Sekarang, di tengah badai ia teringat kembali kepada Tuhan serta berseru memohon belas kasihan-Nya. Akhirnya kapal itu berhasil melewati badai dan tiba di pelabuhan Liverpool, Inggris dalam keadaan porak poranda.
Si kapten kapal tak pernah melupakan pengalamannya tersebut. Malam tanggal 10 Maret 1748 itu menjadi awal yang baru bagi hidupnya. Malam itu ia mengambil keputusan untuk menjadi seorang pengikut Kristus. Ia meninggalkan pola hidupnya yang penuh dosa, dan akhirnya ia menjadi gembala gereja Anglikan di Lombard Street, kota London. Bukan itu saja, ia juga menjadi seorang tokoh gerakan penghapusan perbudakan di Inggris.
Nama kapten kapal ini adalah John Newton. Ia dikenal karena menulis riwayat hidupnya dalam sebuah lagu yang sangat legendaris. Lagu yang berbunyi:
Amazing grace, how sweet the sound
That saved a wretch like me!
I once was lost, but now am found,
Was blind, but now I see.
Saudara-saudari, lagu tadi, Amazing Grace, Anugerah yang Menakjubkan, merupakan salah satu lagu yang paling terkenal di dunia. Lagu ini telah direkam dalam tak kurang dari 1.800 album, dan dinyanyikan bukan hanya dalam ibadah di gereja-gereja tetapi juga di dalam konser-konser musik sekuler. Lagu yang populer bukan saja karena keindahan alunan nadanya, tetapi karena di dalamnya kita melihat kebesaran dari anugerah Tuhan yang tak terbatas.
Anugerah atau kasih karunia inilah yang dijelaskan Yesus sebagai dasar bagi manusia untuk mengalami kebahagiaan sebagaimana yang Ia paparkan di dalam khotbah-Nya yang dicatat di dalam Matius 5:1-3. Penjelasan atau janji kebahagiaan berdasarkan kasih karunia ini merupakan janji kebahagiaan yang pertama dalam khotbah yang acapkali disebut orang sebagai The Beatitudes atau Delapan Sabda Bahagia yang dicatat di dalam Matius 5:1-12. Kata Beatitudes berasal dari bahasa Latin yaitu beatitudo yang artinya bahagia atau diberkati. Kata inilah yang mengawali setiap janji dari delapan janji kebahagiaan yang Yesus sampaikan di dalam khotbah-Nya tersebut.
Matius 5:1-3
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
I. Makna dari Kerjaaan Sorga
Jumlah orang yang mengikut Yesus semakin bertambah banyak. Di dalam catatan Lukas 6:17-19 mereka datang dari berbagai penjuru negeri bahkan dari wilayah di luar Israel seperti Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengar pengajaran-Nya serta untuk disembuhkan dari penyakit yang mereka derita. Sedemikian banyaknya jumlah orang ini sehingga Yesus harus pergi sebuah bukit dan mengajar mereka di sana. Karena itu pengajaran ini biasa disebut sebagai Khotbah di Bukit, karena disampaikan di atas sebuah bukit.
Rangkuman khotbah ini dicatat di dalam Matius 5:1-7:29 dan memiliki kemiripan dengan rangkuman khotbah Yesus yang dicatat di dalam Lukas 6:20-49. Kedua rangkuman khotbah ini tidak identik namun saling melengkapi satu sama lain. Memang keduanya tidak persis sama tetapi kedua-duanya diawali dengan berita yang sama, yaitu sabda tentang kebahagiaan. Di dalam Matius 5:3 sabda kebahagiaan yang pertama ini dikaitkan Yesus dengan Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah menurut istilah Lukas 6:20.
Kedua istilah ini memiliki makna yang persis sama. Hanya saja kitab Injil Matius yang ditujukan bagi orang Yahudi lebih banyak menggunakan istilah Kerajaan Sorga sebab bagi orang Yahudi kata Allah, atau Yahweh, Yehovah, merupakan kata yang sangat sakral yang menurut Ulangan 20:7 tidak boleh diucapkan secara sembarangan. Karena itu penulis Injil Matius cenderung tidak menggunakan istilah Kerajaan Allah, tetapi lebih banyak menggunakan istilah Kerajaan Sorga, sedangkan ketiga kitab Injil yang lain menggunakan istilah Kerajaan Allah.
Makna yang paling mendasar dari Kerajaan Sorga ini adalah pemerintahan Allah. Di manapun Tuhan memerintah di sanalah kerajaan-Nya berada. Dan seperti yang dikemukakan di dalam Roma 14:7, di mana Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga berada di sana akan terdapat kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, artinya hidup dalam seluruh kepenuhannya. Itulah kehidupan yang tidak sia-sia namun penuh dengan kebahagiaan.
Kerajaan Sorga ini berkaitan dengan hidup di masa kini maupun kehidupan di masa depan sesudah kita meninggalkan kehidupan yang sekarang. Kebahagiaan yang Yesus janjikan sebagai akibat Allah memerintah dalam hidup kita ini berlaku untuk hidup di masa kini dalam bentuk kehidupan yang penuh dengan makna. Tetapi ia juga berlaku untuk hidup di masa depan yaitu di dalam kekekalan, dalam bentuk kehidupan yang kekal bersama dengan Tuhan untuk selama-lamanya. Itulah kebahagiaan yang sejati.
II. Makna dari miskin di hadapan Allah
Kehidupan yang sedemikian itulah yang Yesus janjikan kepada mereka yang miskin di hadapan Allah atau di dalam bahasa Inggris poor in the spirit yaitu miskin di dalam roh. Siapakah mereka yang disebut sebagai orang yang dalam keadaan miskin di dalam roh atau miskin di hadapan Allah ini?
Kita mengerti bahwa orang yang miskin artinya adalah orang yang tak memiliki. Apabila mereka dalam keadaan miskin secara materi maka mereka tak memiliki harta, tak memiliki uang, tak memiliki pangan yang cukup, tak memiliki tempat tinggal yang layak, dalam keadaan tak berdaya dan acapkali dalam keadaan terdesak.
Demikian juga dengan mereka yang dalam keadaan miskin secara roh, artinya secara rohani di hadapan Allah mereka tidak memiliki. Mereka secara rohani dalam keadaan tak berdaya. Mereka gagal secara rohani. Setiap kali berupaya untuk melakukan hal yang baik mereka selalu mengalami kegagalan. Kehidupan rohani mereka dalam keadaan bangkrut.
Bisa jadi mereka orang yang menjalankan kewajiban agama, namun sesungguhnya kehidupan rohani mereka dalam keadaan hampa. Di mata manusia bisa jadi mereka dianggap kaya, tetapi di hadapan Tuhan mereka sebenarnya dalam keadaan melarat oleh sebab mereka hidup dalam dosa, terikat serta terperangkap dalam dosa. Itu sebabnya mereka hidup tanpa masa depan, dipenuhi dengan rasa kuatir dan jauh dari kebahagiaan.
III. Makna dari kasih karunia
Bagaimana mungkin orang yang bangkrut secara rohani kepadanya Yesus menjanjikan Kerajaan Sorga atau kebahagiaan yang sejati, yaitu kebahagiaan di masa kini dan kehidupan kekal di masa yang akan datang? Saudara-saudari hal ini menegaskan peranan dari kasih karunia dalam janji Tuhan. Kasih karunia artinya secara sederhana adalah kebaikan Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma kepada kita manusia yang sesungguhnya tidak layak untuk menerimanya. Itulah yang diutarakan oleh John Newton dalam lagunya Amazing Grace di atas. Sebagai seorang yang telah bangkrut secara rohani, kasih karunia Tuhan memberikan kesempatan yang baru bagi dirinya.
Itu sebabnya Yesus berkata bahwa ini merupakan kebahagiaan atau berkat Tuhan, karena seharusnya tak mungkin seorang yang dalam keadaan miskin dalam roh dapat memiliki kebahagiaan yang sejati. Tetapi kasih karunia Tuhan di dalam Yesus Kristus telah membuka jalan kepada kebahagiaan ini. Kasih karunia yang seperti itulah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus ketika ia menulis di dalam surat Efesus 2:8-9 sebagai berikut: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Perlu diperhatikan bahwa di dalam kalimat terakhir dari Efesus 2:9 tersebut ditegaskan bahwa tujuan Rasul Paulus menuliskan tentang kasih karunia ini adalah agar jangan ada orang yang memegahkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa orang perlu menyambut kasih karunia dengan kerendahan hati. Ya, orang perlu menyambut kebaikan Tuhan yang sesungguhnya tidak pantas ia terima, atau kasih karunia dengan kerendahan hati.
Saudara-saudari, dengan demikian berarti Sabda yang Pertama dari Delapan Sabda Bahagia dalam Matius 5:3, yang berbunyi Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga memiliki dua implikasi. Yang pertama menegaskan tentang kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus kepada manusia yang dalam keadaan bangkrut secara rohani. Oleh karena itu bila kita dapat menjadi seorang pengikut Kristus dan hidup dalam perdamaian dengan Tuhan kita patut bersyukur kepada Tuhan untuk kemurahan-Nya.
Implikasi yang kedua adalah perlunya orang dengan kerendahan hati datang kepada Tuhan untuk menyambut kasih karunia yang Ia sediakan di dalam Yesus. Sikap inilah yang akan membawa yang bersangkutan ke dalam kasih karunia Tuhan. Ya, Yesus telah datang untuk membuka pintu kasih karunia bagi semua orang yang semula hidup di bawah murka Allah. Ia datang untuk memberikan pengharapan baru bagi mereka yang miskin secara roh. Yesus datang untuk memberikan kehidupan yang baru bagi mereka yang miskin di hadapan Allah. Itulah kebahagiaan yang sejati oleh kasih karunia Tuhan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar