Tanggal 28 Mei 1987 malam hari hari sebuah pesawat terbang kecil mendarat dengan mulus di Lapangan Merah dekat Kremlin di kota Moskow, negara Uni Sovyet pada zaman itu. Dari dalam kokpit pesawat yang terbang dari Jerman dan berhasil menyusup masuk ke wilayah Uni Sovyet tanpa ijin ini keluarlah Mathias Rust, seorang pemuda Jerman yang masih berusia 19 tahun. Peristiwa ini mempermalukan Uni Sovyet, dan mengakibatkan Menteri Pertahanan Uni Sovyet, Sergei Sokolov, harus mengundurkan diri dari jabatannya.
Mathias Rust bukan seorang pilot angkatan udara yang telah terlatih untuk berperang. Pesawat terbang yang ia gunakan juga bukan pesawat tempur bermesin jet yang mampu terbang dengan kecepatan di atas kesepatan suara dan dilengkapi dengan peralatan anti radar. Bukan. Ia hanyalah seorang remaja biasa yang menerbangkan pesawat kecil jenis Cessna 172 yang berbaling-baling tunggal. Namun ia berhasil menyusup masuk ke dalam wilayah udara Uni Sovyet di era perang dingin antara negara-negara Blok Timur yang dikomandoi oleh Uni Sovyet dengan negara-negara Blok Barat yang antara lain dikomandoi oleh Amerika Serikat.
Pemuda kelahiran Wedel, Jerman Barat ini memulai penerbangannya dari kota Uetersen, dengan Hamburg. Melewati Finlandia dan Estonia ia menyusuri perbatasan Uni Sovyet dan menyusup masuk sampai ke wilayah kota Moskow. Ini merupakan hal yang sama sekali di luar dugaan kekuatan militer Uni Sovyet. Pada era perang dingin pertahanan Uni Sovyet sedang berada di dalam keadaan puncak kejayaannya. Tak akan mereka membiarkan musuh boleh menyusup ke wilayah mereka tanpa terdeteksi. Berbagai peralatan radar yang sangat canggih siang malam menjaga seluruh perbatasan negara. Apalagi ibu kota negara Moskow tentu berada di dalam penjagaan yang ekstra ketat. Terlebih lagi Kremlin, pusat pemerintahan Uni Sovyet, tempat di mana presiden dan para pejabat tinggi pemerintah berkantor, penjagaan yang maha ketat diterapkan di wilayah tersebut. Jangankan pesawat udara, seekor burung pun mungkin tak akan dibiarkan terbang melintas di atas Kremlin tanpa terdeteksi.
Justru karena merasa diri terlalu kuat akibatnya pihak militer Uni Sovyet menjadi lengah. Mereka tak pernah membayangkan bahwa ada orang yang berani berbuat nekad dengan memasuki wilayah udara kota Moskow tanpa ijin resmi. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Mathias Rust. Ia menembus sampai ke jantung kota Moskow, bahkan sempat berputar satu kali di atas Lapangan Merah dekat Kremlin sebelum mendarat di sana.
Saudara-saudari, merasa diri kuat merupakan awal dari bencana. Perasaan ini membuat orang cenderung lengah dan lupa berjaga-jaga. Hal ini bukan hanya dalam pertahanan suatu negara, tetapi juga dalam kehidupan rohani. Kita perlu menyadari bahwa sesungguhnya secara rohani kita senantiasa berada di dalam ancaman dari Iblis. Siang malam tanpa henti dan tanpa cuti ia selalu berupaya untuk menyusup dan mendatangkan kerusakan di dalam hidup kita. Jangan terhadap diri kita, terhadap diri Yesus Kristus pun ia berupaya untuk melakukan hal yang sama. Hal ini dicatat di dalam ketiga Injil sinoptik, antara lain di dalam Lukas 4:1-13.
Lukas 4:1-13
1 Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. 2 Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. 3 Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." 4 Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." 5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. 6 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. 7 Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." 8 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" 9 Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, 10 sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, 11 dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 12 Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" 13 Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
I. Kenali siapa musuh kita
Berkenaan dengan pencobaan yang dialami oleh Yesus Kristus saat Ia berada di padang gurun dan berpuasa empat puluh hari penuh di sana, baik di dalam catatan Injil Matius maupun Injil Markus dan Lukas dengan jelas dikatakan bahwa Iblislah pribadi yang berupaya mencobai Yesus Kristus. Injil Lukas menyebut Iblis sebagai diabolos, suatu kata dalam bahasa Yunani yang berarti penuduh atau pemfitnah. Sedangkan Injil Markus menyebutnya sebagai sebagai satanos, suatu kata dalam bahasa Yunani yang berasal dari bahasa Ibrani yang berarti si musuh.
Memang mengenali siapa musuh kita yang sebenarnya merupakan langkah yang pertama dan yang sangat penting yang kita perlukan untuk membangun kewaspadaan rohani di dalam diri kita. Sebab bila kita tidak mengenal siapa musuh kita yang sesungguhnya tentu akibatnya akan sangat fatal. Bisa jadi musuh justru kita anggap sebagai kawan sedangkan teman kita anggap sebagai lawan.
Karenanya di dalam surat Efesus 6:12 ditegaskan bahwa di dalam perjuangan kita secara rohani bukanlah darah dan daging, atau sesama manusia yang menjadi lawan kita. Di saat kita sedang berada di dalam persoalan, dan bila persoalan tersebut sehubungan dengan orang lain yang merongrong diri kita, kita harus mengetahui bahwa bukan orang itulah lawan kita yang sebenarnya. Bukan suami atau istri kita, bukan ibu mertua atau anak menantu, bukan pula tetangga atau rekan sekerja, tetapi Iblis yang adalah penguasa dunia yang gelap itulah musuh kita yang sesungguhnya.
Akitab dengan jelas mengatakan bahwa Iblis adalah seorang malaikat yang perkasa yang memberontak kepada Tuhan sehingga diusir dari sorga dan menguasai kekuatan gelap di dunia ini. Di dalam 1Petrus 5:8 dikatakan bahwa ia berjalan keliling seperti singa yang mencari mangsa yang dapat ditelannya. Artinya tanpa mengenal lelah ia terus berupaya untuk mencelakakan manusia.
II. Kenali siasat musuh kita
Di dalam upayanya untuk mencelakakan manusia ini Iblis menggunakan berbagai siasat. Mengenali siasat si musuh ini sangatlah penting dan ini merupakan langkah kedua yang harus dilakukan untuk membangun kewaspadaan rohani kita. Sebab salah satu langkah untuk memenangkan peperangan adalah dengan terlebih dahulu membaca siasat lawan sehingga kita tak terkecoh olehnya.
Di saat Iblis mencobai Yesus Kristus, dua kali ia mengawali pencobaannya dengan menggunakan kata “jika Engkau Anak Allah.” Artinya ia mencoba membuat Yesus dalam keadaan-Nya sebagai manusia merasa ragu terhadap apa yang telah diucapkan oleh Allah Bapa saat Ia dibaptis oleh Yohanes empat puluh hari sebelumnya yang berbunyi: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Siasat paling utama dari Iblis adalah membuat kita ragu terhadap firman Tuhan. Karena itu Tuhan Yesus di dalam Yohanes 8:44 menyebutnya sebagai pendusta dan bapa segala dusta. Ia mendustai Hawa di Taman Eden dengan maksud membuat Hawa meragukan kebenaran firman Tuhan. Ia juga melakukan hal yang sama terhadap Yesus dan sampai hari ini pun ia masih menggunakan siasat tersebut.
Siasat yang kedua adalah dengan mencoba membangkitkan keinginan daging, keangkuhan hidup dan keinginan mata di dalam diri manusia. Hal inilah yang ia lakukan terhadap Hawa di taman Eden, hal ini pula yang ia coba lakukan terhadap Yesus di padang gurun. Sebab apabila seseorang mulai meragukan firman Tuhan dan pada saat yang sama keinginan-keinginan tersebut bangkit di dalam dirinya, maka dengan mudah yang bersangkutan akan mengambil langkah untuk melanggar firman Tuhan sehingga jatuh ke dalam dosa. Itulah yang sangat dinantikan oleh Iblis, yaitu menyeret manusia ke dalam dosa yang mencelakakan.
Siasat yang ketiga dari Iblis adalah sesuai dengan arti namanya diabolos, atau si penuduh, siang malam ia memfitnah atau menuduh umat Tuhan di hadapan Allah. Itulah yang dicatat di dalam kitab Wahyu 12:10. Ia terus berusaha menuduh kita, supaya dengan demikian iman kita terhadap apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita di kayu salib, yaitu mengampuni segala dosa kita seperti yang telah Ia firmankan menjadi goyah. Begitu iman kita goyah, maka runtuhlah pertahanan kita dan dengan mudah kita dimangsanya.
III. Kenali senjata untuk mengalahkan musuh kita
Saudara-saudari, terhadap setiap siasat Iblis yang mencobai diri-Nya Yesus Kristus selalu menjawab dengan firman Tuhan. Ia selalu berkata: “Ada tertulis,” yang dimaksudkan adalah ada tertulis di Kitab Suci. Artinya Ia sangat mengenal isi Kitab Suci dan menggunakannya sebagai senjata untuk mengalahkan si Iblis.
Ingat, Iblis adalah pribadi yang mengenal isi kitab suci dan pandai memutar balikkan firman Tuhan tersebut sedemikian rupa sehingga kita terpedaya oleh tipuannya. Oleh karena itu tidak bisa tidak setiap pengikut Ktistus harus mengenal isi Kitab Suci supaya tak terkecoh oleh si lawan dan dapat menggunakannya sebagai senjata untuk mengalahkan tipu dayanya. Inilah langkah yang ketiga yang harus kita buat untuk membangun kewaspadaan rohani.
Untuk itu sebagai pengikut Kristus kita perlu membaca Kitab Suci yaitu Alkitab setiap hari secara teratur. Ini merupakan cara untuk membangun kewaspadaan rohani yang kokoh. Kewaspadaan ini tak boleh mengendor, sebab seperti yang dicatat di dalam Lukas 4:13, Iblis selalu menunggu waktu yang baik untuk mencobai kita. Ia dengan sabar mengintai kita dan menunggu saat di mana kita menjadi lengah.
Mengenal firman Tuhan bukan saja akan membuat kewaspadaan rohani kita terpelihara, ia juga akan menyegarkan kehidupan kita. Semakin kita mengenal firman Tuhan semakin teguhlah iman kita, dan ini juga membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, dan mengakibatkan kita semakin peka terhadap tuntunan-Nya. Atau dengan kata lain, dengan semakin mengenal isi Alkitab dengan benar bukan saja kita tak akan mudah diperdaya oleh Iblis, musuh kita, tetapi hidup kita pun akan semakin menjadi bermakna. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar