Konferensi internasional pertama yang saya ikuti dalam sejarah hidup saya adalah The Second International Congress on World Evangelization di Manila pada tahun 1989. Acara kongres ini sulit untuk saya lupakan, sebab di situlah untuk pertamakalinya saya bertemu dengan sedemikian banyak bangsa dari seluruh dunia. Pertemuan yang diselenggarakan di Philippine International Convention Center ini dihadiri oleh tak kurang dari 4,000 undangan dari 200 negara.
Memasuki gedung megah tempat di mana acara tersebut diselenggarakan, bulu kuduk saya serasa berdiri. Saya seakan-akan sedang mencicipi suasana surga dalam ukuran yang kecil. Saya melihat orang mengenakan berbagai macam kostum nasional yang menarik. Peserta dari Afrika yang mengenakan pakaian yang warna-warni, peserta dari Mongolia dengan pakaiannya yang khas, dan peserta dari negara-negara Timur Tengah dengan jubah putih yang menyolok. Belum lagi saya mendengar orang berbicara dalam berbagai macam bahasa yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Saya membayangkan seperti itulah nantinya suasana surga, di mana berbagai bangsa yang berbicara dalam berbagai bahasa akan hidup bersama di dalam kasih, damai serta sukacita.
Peristiwa seperti ini dan konsep surga yang seperti ini tak pernah ada di dalam bayangan orang Yahudi pada zaman Yesus. Bagi mereka surga diperuntukkan Allah hanya bagi bangsa Yahudi dan sedikit orang bukan Yahudi yang bersedia mengikuti pola hidup dan kepercayaan orang Yahudi. Bagi mereka surga tidak diperuntukkan bagi orang bukan Yahudi. Singkat kata orang Yahudi pada masa itu sangat memandang rendah bangsa-bangsa bukan Yahudi.
Itu sebabnya kesediaan Yesus untuk menerima orang-orang bukan Yahudi dan apa yang Ia ajarkan tentang mereka bersifat melawan arus dan revolusioner. Hal tersebut antara lain nampak dari apa yang Yesus katakan tentang seorang perwira kerajaan Romawi yang menemui diri Yesus untuk memohon pertolongan bagi hambanya yang dalam keadaan sakit. Peristiwa ini terjadi sesudah Yesus menyampaikan khotbah di bukit tak jauh dari kota Kapernaum serta dicatat di dalam Matius 8:1, 5-13.
Matius 8:1, 5-13
1 Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. 5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 13 Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
I. Pandangan orang Yahudi terhadap orang bukan Yahudi
Pribadi Yesus yang penuh dengan wibawa sebagaimana yang nampak dari pengajaran-Nya yang Ia sampaikan di bukit tak jauh dari danau Galilea dan kota Kapernaum membawa pengaruh yang sangat besar dalam diri orang-orang yang mendengarkan-Nya. Karena itu sesudah Ia menyampaikan khotbah-Nya yang biasa disebut orang sebagai Khotbah di Bukit tersebut dan kembali ke kota Kapernaum, seperti yang dikatakan oleh Matius 5:1, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
Ketika Ia tiba di kota Kapernaum datanglah kepada-Nya seorang perwira dan memohon agar Yesus bersedia menyembuhkan hambanya yang terbaring di rumah sang perwira dalam keadaan sangat menderita karena sakit lumpuh. Perwira ini adalah seorang bangsa Romawi, karena hingga hari ini tidak terdapat catatan yang menunjukkan bahwa pada masa itu ada orang Yahudi yang menjadi prajurit Romawi. Sehingga kalaupun ada seorang Yahudi yang menjadi prajurit Romawi yang bersangkutan hanyalah akan menjadi seorang prajurit biasa dan tidak akan menduduki jabatan sebagai seorang perwira. Selain itu dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan tidak lagi menganut agama Yahudi sebab sebagai tentara Romawi ia tidak akan dapat menaati hukum Sabat dan harus makan makanan yang dipandang haram oleh orang Yahudi.
Di saat memohon pertolongan dari Yesus untuk menyembuhkan hambanya, perwira ini sama sekali tidak mengundang Yesus untuk datang ke rumahnya. Ia hanya berkata: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Bahkan ketika Yesus bermaksud untuk mengunjungi rumah si perwira untuk menyembuhkan hambanya, si perwira ini menolak-Nya karena ia merasa tidak layak untuk menerima Yesus di rumahnya. Ia berkata kepada Yesus: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku.”
Bila si perwira ini tidak mengundang Yesus untuk datang ke rumahnya tentu hal tersebut karena bukan ia seorang yang sombong sehingga ia tidak menghendaki Yesus untuk menginjakkan kaki di rumahnya. Justru permohonannya kepada Yesus untuk menolong hambanya menunjukkan kerendahan hatinya. Demikian juga hal tersebut bukan karena ia seorang yang miskin yang tak memiliki rumah yang cukup layak untuk dikunjungi Yesus. Kedudukannya sebagai seorang perwira dan kenyataan bahwa ia memiliki seorang hamba menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berada.
Alasan yang ia kemukakan tentang mengapa ia tidak mengundang Yesus untuk datang ke rumahnya adalah karena ia tidak layak untuk menerima Yesus di rumahnya. Karena bagi bangsa Yahudi rumah seorang yang bukan bangsa Yahudi tidak layak untuk dikunjungi. Hal ini dapat dilihat dari perkataan Rasul Petrus kepada Kornelius, yang juga seorang perwira tentara Romawi seperti yang dicatat di dalam Kisah Para Rasul 10:28: “Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka.”
Bagi orang Yahudi bangsa yang bukan Yahudi seperti perwira di Kapernaum ini adalah bangsa yang hina. Mereka adalah bangsa yang najis, karena itu adalah tidak layak bagi seorang Yahudi untuk menginjakkan kaki ke rumah mereka.
II. Pandangan Yesus terhadap orang bukan Yahudi
Namun tidak demikian halnya dengan sikap Yesus terhadap orang bukan Yahudi seperti perwira ini. Ia menghargai orang tersebut tanpa memandang latar belakang etnis yang bersangkutan. Itu sebabnya seperti yang dicatat di dalam Matius 8:6 Ia berkata kepada perwira tersebut: "Aku akan datang menyembuhkannya." Ia bersedia untuk datang ke rumah seorang yang bukan bangsa Yahudi!
Sikap yang penuh dengan belas kasihan tanpa membedakan latar belakang sosial dan etnis seseorang itulah yang dapat kita lihat di dalam diri Yesus. Selaras dengan khotbah-Nya yang biasa disebut sebagai Delapan Sabda Bahagia yang pada intinya menegaskan tentang kasih karunia Tuhan bagi mereka yang sesungguhnya tidak layak untuk menerima kasih karunia tersebut, di dalam pelayanan-Nya seperti yang dicatat di dalam Matius 8 dan 9 kita melihat bagaimana Ia menunjukkan kasih karunia-Nya tersebut.
Di dalam pasal-pasal tersebut dicatat bagaimana Ia melayani orang yang miskin, tertindas, lemah, orang yang disisihkan dan yang dipandang hina oleh masyarakat. Mereka adalah orang kusta, orang bukan Yahudi, budak, perempuan, orang yang miskin dan orang yang dalam keadaan sakit tak berdaya. Itu sebabnya tidak mengherankan bila kisah tentang Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta yang dicatat di dalam Markus 1:40-45 dan Lukas 5:12-16, di dalam catatan Injil Matius tentang peristiwa yang sama ditaruh di Matius 8:2-4, yaitu sesudah Yesus menyampaikan khotbah-Nya di bukit di mana Ia menguraikan Delapan Sabda Bahagia.
Orang-orang yang lemah yang dipandang rendah oleh orang Yahudi dan Romawi, serta orang-orang yang najis dalam pandangan agama Yahudi inilah justru yang diperhatikan oleh Yesus. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Yesus tidak merasa segan untuk pergi ke rumah si perwira yang bukan bangsa Yahudi. Ia mengasihi semua orang, termasuk mereka yang dianggap hina oleh orang lain. Ia tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan tingkat ekonomi maupun derajad sosialnya. Ia menerima dan memperlakukan semua orang sebagai setara.
III. Janji Yesus tentang keselamatan bagi orang bukan Yahudi
Bahkan bukan hanya Ia bersedia memenuhi permohonan pertolongan dari orang yang bukan bangsa Yahudi seperti perwira tentara Romawi dari Kapernaum ini, Ia juga menjanjikan keselamatan bagi yang bersangkutan. Janji ini sangat mencengangkan. Sebab jangankan untuk berbagi keselamatan, bagi orang Yahudi bergaul dengan orang bukan Yahudi adalah hal yang di luar pikiran mereka untuk membayangkannya.
Namun justru di dalam Matius 8:11-12 Yesus berkata tentang bangsa bukan Yahudi ini sedemikian: “Aku berkata kepadamu: ‘Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’"
Yang Ia maksudkan sebagai anak-anak Kerajaan di sini adalah orang-orang Yahudi yang sesungguhnya menerima janji untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Tetapi justru kemunafikan mereka dan kekerasan hati mereka dalam menolak Yesus sebagai Mesias yang sejati mengakibatkan mereka justru dicampakkan. Sedangkan bangsa-bangsa bukan Yahudi akan diterima di dalam Kerajaan Sorga.
Istilah duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak dan Yakub merupakan suatu janji yang luar biasa. Bagi orang yang hidup dalam budaya Timur Tengah seperti orang Yahudi, duduk makan bersama bukan sekedar suatu kegiatan untuk memenuhi perut dengan makanan, tetapi suatu simbol persahabatan, kesatuan dan keakraban. Apalagi bagi orang Farisi, meja makan di rumah dipandang sebagai wakil dari mezbah di Bait Suci, sehingga tidak sembarang makanan boleh di taruh di sana dan tak sembarang orang boleh makan bersama mereka.
Berarti janji bagi bangsa bukan Yahudi untuk makan bersama dengan nenek moyang bangsa Yahudi, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga merupakan janji keselamatan yang menakjubkan. Janji ini menunjukkan betapa besarnya kasih karunia Tuhan Yesus. Ia menempatkan semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi dalam kedudukan yang sejajar. Ia menerima semua orang dalam kasih-Nya yang tak terbatas. Ya, Ia menyediakan keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar